Dakwah media islam - PERMASALAHAN yang terjadi pada saudara muslim kita di Myanmar terus berlanjut hingga saat ini. Padahal, konflik ini terbilang sudah cukup lama. Jika kita melihat dari sejarahnya, Muslim Rohingya selalu memperoleh penindasan dan kekerasan. Sungguh, ujian terbesar yang dialami umat Muslim ini tak membuat mereka tegar dan berputus asa.
Muslim Rohingya memperoleh ketidak tenangan hidup di negaranya sendiri. Bahkan, dari berbagai sumber disebutkan bahwa mereka tidak diakui keberadaannya. Mereka dianggap masih keturunan orang-orang Muslim Bangladesh. Hanya saja, Negara Bangladesh pun tidak mengakuinya. Mengingat, negara tersebut juga dikenal sebagai negara miskin. Jika Muslim Rohingya dialihkan ke negara itu, maka akan menjadi beban bagi mereka, katanya.
Tapi, sebenarnya apa sih yang membuat Muslim Rohingya selalu dianiaya di negeri sendiri?
Dalam beberapa sumber berita di internet, seorang tokoh biksu nasionalis Wirathu mengungkapkan alasan konflik agama yang terjadi di Myanmar. Alasannya adalah karena takut Myanmar akan seperti Negara Indonesia setelah agama Islam masuk pada abad ke-13 dan akhirnya berhasil menyebar dan menjadi agama mayoritas pada akhir abad ke-16 khususnya di pulau-pulau besar dan utama. Lanjutnya, Muslim Myanmar dengan uang dan menjadi kaya akan menikahi perempuan Buddha Burma sehingga mereka akhirnya masuk Islam dan akhirnya menyebarkan agama tersebut. Akhirnya, tokoh tersebut ditahan dan dijatuhi hukuman 25 tahun penjara setelah divonis bersalah karena menyebarkan pamflet anti-Muslim dan akhirnya mendorong terjadinya kerusuhan konflik agama.
Seharusnya manusia memiliki hak untuk memilih agama yang ingin dianut dan orang-orang dengan kepercayaan lain bisa tetap toleransi meskipun kepercayaan dan keyakinannya berbeda satu sama lain. Jika memang agama yang baru masuk dan menjadi mayoritas, mestinya itu bukan menjadi alasan suatu pembantaian dibenarkan. Biarlah hal ini menjadi pelajaran berharga bagi kita untuk semakin memperkuat toleransi antar agama agar berita semacam kasus pembantaian Muslim Myanmar tidak terjadi di tiap negara. []
Sumber: kumpulanmisteri.com
Muslim Rohingya memperoleh ketidak tenangan hidup di negaranya sendiri. Bahkan, dari berbagai sumber disebutkan bahwa mereka tidak diakui keberadaannya. Mereka dianggap masih keturunan orang-orang Muslim Bangladesh. Hanya saja, Negara Bangladesh pun tidak mengakuinya. Mengingat, negara tersebut juga dikenal sebagai negara miskin. Jika Muslim Rohingya dialihkan ke negara itu, maka akan menjadi beban bagi mereka, katanya.
Tapi, sebenarnya apa sih yang membuat Muslim Rohingya selalu dianiaya di negeri sendiri?
Dalam beberapa sumber berita di internet, seorang tokoh biksu nasionalis Wirathu mengungkapkan alasan konflik agama yang terjadi di Myanmar. Alasannya adalah karena takut Myanmar akan seperti Negara Indonesia setelah agama Islam masuk pada abad ke-13 dan akhirnya berhasil menyebar dan menjadi agama mayoritas pada akhir abad ke-16 khususnya di pulau-pulau besar dan utama. Lanjutnya, Muslim Myanmar dengan uang dan menjadi kaya akan menikahi perempuan Buddha Burma sehingga mereka akhirnya masuk Islam dan akhirnya menyebarkan agama tersebut. Akhirnya, tokoh tersebut ditahan dan dijatuhi hukuman 25 tahun penjara setelah divonis bersalah karena menyebarkan pamflet anti-Muslim dan akhirnya mendorong terjadinya kerusuhan konflik agama.
Seharusnya manusia memiliki hak untuk memilih agama yang ingin dianut dan orang-orang dengan kepercayaan lain bisa tetap toleransi meskipun kepercayaan dan keyakinannya berbeda satu sama lain. Jika memang agama yang baru masuk dan menjadi mayoritas, mestinya itu bukan menjadi alasan suatu pembantaian dibenarkan. Biarlah hal ini menjadi pelajaran berharga bagi kita untuk semakin memperkuat toleransi antar agama agar berita semacam kasus pembantaian Muslim Myanmar tidak terjadi di tiap negara. []
Sumber: kumpulanmisteri.com
0 comments:
Post a Comment