Dakwah Media Indonesia

Tuesday 22 November 2016

Setelah Ayah Tiba-Tiba Meninggal, Aku Segera Melapor Ke Polisi Karena Aku Menemukan “ini” Di Bawah Ranjang! Mengejutkan ! | Dakwah Media Islam

Dakwah media islam  -   Setelah lulus dari universitas, aku diterima disebuah perusahaan swasta yang lumayan bagus, gaji juga diatas rata-rata, lingkungan kerjanya juga menyenangkan. Hidupku sangat berwarna dan bahagia, aku sudah menikah selama 7 tahun lamanya, suamiku membuka perusahaan kecil, dia adalah seorang pria yang sangat berbakat, tampan dan bisa diandalkan.





Hidupku bisa sebahagia ini berkat ayahku, ibuku meninggal dunia saat aku berumur 12 tahun, sehingga ayahku menjadi orang tua tunggal yang membesarkan dan merawat aku hingga aku lulus kuliah dan mendapatkan pekerjaan yang layak.

Pada saat aku menikah, ayahku juga menikah untuk kedua kalinya. Ide pernikahan ayahku yang kedua ini adalah ide yang aku ajukan, karena aku ingin ada orang yang menjaga ayahku sampai lanjut usia, aku takut setelah nantinya aku sudah berkeluarga, tak ada yang bisa menjaga ayahku. Bagaimanapun juga ayahku sudah ditinggal ibuku selama puluhan tahun, sudah saatnya ayah menemukan pendamping hidupnya yang baru.

Ibu tiri ku sangat cantik, umurnya tak sampai 40 tahun dan ayahku baru berumur 50-an. Ibu tiriku juga seorang janda yang memiliki anak laki-laki berumur 10 tahun. Ibu tiri yang cantik dan ayahku yang tampan, sungguh pasangan yang sepadan, hubunganku dengan ibu tiri juga sangat baik, bagaikan kakak adik.

Waktu cepat berlalu, sudah 10 tahun lamanya ayah dan ibu tiri membangun rumah tangga mereka, ayahku sangat baik dan merawat ibu tiri dan anaknya dengan penuh cinta dan kasih sayang, tapi siapa sangka air susu dibalas dengan air tuba!


Pada awalnya ayahku memang memiliki satu toko elektronik, memang penghasilan dari toko ini sangat besar, tetapi karena sudah lanjut usia, jadi ingin melepaskan toko ini dan pensiun saja. Di umur yang ke-60 ini, ayahku sudah tidak kuat untuk mengangkat lemari es dan barang-barang berat lainnya, tetapi ibuku tidak setuju dan memaksa ayahku untuk tetap melanjutkan usaha ini. Dengan tidak malunya ibu tiri marah dan berkata bahwa, jika tokonya diberikan ke orang lain, mau bagaimana mendapatkan biaya yang besar untuk menafkahi anak laki-lakinya sekolah ke luar negeri dan membeli rumah.
Bisa-bisanya kata-kata ini terucap! Rumah yang sekarang aku tempati bersama suamiku pun adalah hasil dari kerja keras kami berdua, menabung dan membeli rumah ini, apa hak ibu tiri dan anaknya meminta rumah kepada ayahku! Anak laki-laki yang hanya bisa kelayapan diluar dan sangat manja!
Saat ayahku ingin memberiku uang untuk membeli rumah, sepeser pun tak kuterima, aku ingin supaya uang itu ditabung sebagai uang masa tua saja.Tetapi ibu tiri dan anaknya pasti sudah meracuni pikiran ayahku dan menghabiskan semua hasil jerih payah ayah. Kenapa ibu dan anak ini tidak bisa merasa puas dan bersyukur?!

Ayah sudah semakin tua dan berumur, tidak ada tenaga lagi untuk mengurus toko, dan berniat untuk mencari penerus untuk meneruskan toko, niat ayahku terdengar oleh ibu tiri, dan langsung wajah ibu tiri berubah dan marah padaku,”kamu ini! Sudah meninggalkan rumah ayahmu dan menikah keluar, tapi masih saja berebut harta warisan denganku!”,katanya.

Dua bulan kemudian, ayahku pingsan di toko dan mati seketika, saat di bawa kerumah sakit, badannya sudah menjadi dingin. Kata karyawan di toko, mungkin karena pendarahan di otak, dan ibu tiri menangis sambil memberi tahuku tentang keadaan ayah selama ini. Selama ini ayah suka minum arak pada malam hari dan kalau ditanya pasti mengatakan ada kegundahan di dalam hati, pagi tadi masih dengan senang makan sarapan, kenapa hanya dalam waktu sekejap sudah tiada.

Kematian ayahku sangat tidak terduga, aku sangat menyesal tidak menjaga ayah dengan baik, aku hanya bisa menangis memeluk tubuh ayahku yang sudah dingin sambil membawa penyesalan.

Setelah ayah dikremasi, pak pengacara mengumpulkan kami sekeluarga sambil memberikan surat wasiat dari ayahku, ibu tiri mendapatkan toko elektronik, anaknya mendapatkan rumah dan aku mendapatkan tabungan sebesar Rp 60.000.000,- . Saat mendapatkan surat wasiat itu, aku juga tidak menaruh curiga kepada siapapun, karena aku tahu bahwa ayah adalah orang yang sangat baik dan bijaksana, bagaimanapun juga ibu tiri dan anaknya juga sudah menemani ayahku selama 10 tahun, hidupku sekarang juga sudah berkecukupan, sehingga tidak muncul perasaan curiga.
Tidak berhenti disini saja, saat beres-beres rumah, kutemukan satu kantong racun tikus yang terbuka, tanpa pikir panjang aku pun langsung menelpon kepolisian setempat. Mendengar kabar ini, ibu dan anak ini langsung kabur dan takut di penjara. Semakin terpuruk dan kusesali hal ini, aku menyesal telah meninggalkan ayahku dan menitipkannya kepada wanita janda yang berhati busuk!

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

0 comments:

Post a Comment